Salah satu bahaya klasik yang dihadapi oleh setiap pasangan berumah tangga di seluruh dunia adalah perceraian. Bukan hanya orang yang mengaku dirinya tidak beragama atau menganut aliran sekularisme saja yang mengalami persoalan perceraian, mereka yang beragama pun juga merasakannya.
Khusus bagi umat Kristiani yang terkenal dengan prinsip pernikahan ‘satu untuk selamanya' dan ‘sampai maut memisahkan' memiliki beban yang berat untuk menjadi teladan dalam menerapkan prinsip tidak boleh ada perceraian. Namun, sebagaimana yang kita tahu justru orang yang mengetahui kebenaran ini malah menunjukkan hal sebaliknya. Terbaru adalah kasus keluarga Benny Hinn.
Seperti diberitakan berbagai media, pasangan suami istri ini telah berpisah sejak 26 Januari 2010. Bahkan sang Istri (Suzanne) telah melayangkan surat cerai ke pengadilan Orange County, California, AS pada 2 Februari 2010. Walaupun belum dipastikan bercerai, namun keinginan kuat dari Suzanne untuk tidak mau hidup lagi bersama sang suami menjadi sinyalemen yang kuat bahwa bahtera rumah tangga yang dibangun selama 31 tahun akan selesai di tahun ini juga.
Kejadian ini adalah contoh bahwa di kalangan orang-orang percaya, perceraian menjadi bahaya laten yang harus diwaspadai oleh setiap pasangan suami istri. Ir.Jarot Wijanarko, seorang konselor keluarga, penulis buku, dan entrepreneur Kristiani mengatakan bahwa perceraian terjadi bukanlah tanpa sebab. Ia meyakini bahwa tidak ada orang menggugat cerai tanpa alasan.
Perceraian yang terjadi hari-hari ini bukanlah hanya karena faktor wanita idaman lain (selingkuh), tetapi banyak faktor lain seperti materialisme, theologia kemakmuran, gaya hidup yang memicu kerakusan pemenuhan kebutuhan, disisi lain stress bagi yang tidak bisa memenuhi permintaan pasangannya dan menjadi sumber perselisihan.
Egoisme manusia di akhir zaman, kecongkakan, harga diri yang ditumbuhkan karena masing-masing memiliki pendapatan sendiri, pelayanan sendiri, perusahaan sendiri, membuat ‘rendah hati', ‘minta maaf' dan ‘membutuhkan pasangan' menjadi barang langka di keluarga akhir zaman ini.
Lalu, bagaimana caranya agar kita yang sudah menikah tidak bercerai sampai kapan pun? Jarot Wijarnako mengungkapkan bahwa dengan belajar sungguh-sungguh mencintai Tuhan dan keluarga Anda setiap hari maka hal ini dapat terhindar. Bacalah buku-buku atau artikel bagaimana mewarnai kehidupan rumah tangga Anda sehingga tidak terasa membosankan.
Pernikahan ‘satu untuk selamanya' bukanlah slogan atau kata-kata yang enak didengar ketika kita belum menjadi suami istri. Ini adalah perintah Allah dan bila melanggarnya berarti kita sama tidak menghargai orang yang memberikan perintah tersebut kepada manusia. Jadi, bercerai? No Way...
Sumber : Wawancara Ir. Jarot Wijanarko/bm